Ibnu Al Abbaar
Dia bernama Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah bin Abu Bakar Al Qudhaa’I
Al Andalusi Al Balansi, nama panggilannya Al Abbaar atau Ibnu Al
Abbaar. Dia merupakan seorang imam, alim, pandai berpidato, penghafal Al
Qur’an, bagus bacaan Al Qur’anya dan kebanggaan para ulama.
Dia lahir pada tahun 595 H.
Abu Ja’far bin Az-Zubair berkata, “Dia merupakan ahli hadits yang cakap,
pengumpul banyak hadits, teliti, mumpuni, penulis banyak hadits, pandai
berpidato, ahli sastra serta hafal Al Qur’an.”
Aku katakan, “Dia merupakan sosok yang mengetahui banyak tentang
tokoh-tokoh di masanya. Ahli sejarah, memiliki perjalanan hidup yang
tersanjung. Fashih lidahnya, terhormat jalan hidupnya, sangat menjunjung
sopan santun dan merupakan salah satu dari orang yang memiliki makna
yang dalam di setiap tulisannya. Dia juga mempunyai banyak karangan, di
antaranya adalah Takmilah Ash-Shilah yang terdiri dari 3 jilid dan aku
memilih di antaranya yang berkualitas.”
Ketika di Andalus terjadi penjajahan oleh tentara Nashrani, dia hijrah
dari sana. Dan, tinggal di Tunisia untuk beberapa waktu. Aku mendengar,
bahwa sebagian musuh-musuhnya menghasud penguasa Tunis untuk
mencelakainya. mereka mengatakan bahwa Ibnu Al Anbaar bekerja sebagai
sejarawan, pandai mengambil hati manusia serta para penguasa. Hal ini,
mengakibatkan sang penguasa tersinggung dan akhirnya menangkap Al Anbar.
Al Anbar, ketika merasa sudah dekat dengan ajalnya, dia berkata kepada
putranya, “Ambil kudamu dan pergilah ke mana saja kamu suka. Maka,
ketika dia di hadapkan kepada penguasa Tunisia. Sang penguasa pun
seketika itu juga menyuruh untuk membunuhnya. –kami berlindung dari
keburukan setiap orang yang berhati jahat-.
Salah satu karya beliau adalah Al Arba’uun yang berarti empat puluh.
Buku ini, dia kumpulkan dari 40 guru, dari 40 buku yang merupakan karya
40 ulama, dari 40 rawi dari 40 Tabi’in dari 40 Sahabat yang masing-
masing dari mereka mempunyai 40 nama julukan dan berasal dari 40 Qabilah
serta buku ini juga terdiri dari 40 bab.
Aku juga mendapati 1 juz buku yang pernah dia tulis. Buku ini dia beri
nama Durar As-Simthi fi khoiri As- Sibthi Alaihi As-Sallam. Khoiru
As-Sibthi yang dimaksud adalah Al Husain. Penulis secara terang-terangan
menulis hal baru di belakang yang punya nama ini, yaitu kata Alahi
As-Salam. Sebagaimana dia juga menyebutkan Ali RA. sebagai orang yang
menerima wasiat kekhalifahan dari nabi. Namun, dia malah mendapatkannya
dari Mu’awiyyah. Hal ini secara jelas menunjukkan akan kesyiahannya.
Dia meninggal dunia pada tahun 658 Hijriyyah di Tunisia.





0 komentar:
Show Hide CommentsPosting Komentar