An-Nashir Lidinillah
Ia adalah Khalifah Anu Al Abbas Ahmad bin Al Mustadhi‘ Al Hasyimi Al Abbasi Al Baghdadi.
Dilahirkan pada tahun 553 H.
Belum pernah satu orang pun yang memegang kekhilafahan sepanjang
An-Nashir Lidinillah, tetapi khalifah dari Mesir yang bernama Al
Mustanshir Al Ubaidi memerintah selama 60 tahun, dan khalifah Andalusia
An-Nashir Al Marwani memerintah selama 50 tahun.
Abdul Lathif berkata, “An-Nashir adalah seorang pemuda yang masih belia,
yang masih suka berada di jalan dan pasar pada malam hari, orang-orang
sangat takut jika bertemu dengannya, ia menganut paham Rafidhiyah
disebabkan anak sahabatnya, kemudian ia keluar dari Rafidhiyah ketika
anak tersebut wafat, dan ia pun kembali kepada As-Sunnah.”
Sempat beberapa saat menghilang, lalu ketika muncul, ia menjadi pemuda yang luhur, dermawan, dan memiliki jiwa kepemimpinan.
An-Nashir pandai membuat tipu muslihat dan kelicikan yang tidak dapat
dielakkan oleh seorangpun. Dia dapat menyusup dan mendamaikan dua raja
yang sedang bermusuhan, sebaliknya, ia juga pandai menyusup dan mengadu
domba di antara raja yang bersekutu.
Abdul Lathif melanjutkan perkataannya, “An-Nashir membuat hati setiap
orang bergetar dan takut, hingga ia pun menakut-nakuti penduduk India
dan Mesir, dengan begitu, ia telah menghidupkan kharisma
kekhilafahannya, aku pernah singgah ke Mesir dan Syam untuk menghadiri
pertemuan tertutup antara raja-raja dan para pembesar, jika tersebut
nama An-Nashir, mereka merendahkan suara mereka untuk menghormati
An-Nashir.”
Al Qadhi Ibnu Washil berkata, “An-Nashir adalah seorang yang gagah
perkasa dan pemberani, ia mempunyai akal yang cemerlang dan pikiran yang
tenang serta tipu daya muslihat, ia mempunyai wibawa yang sangat
tinggi, ia mempunyai informan yang tersebar di Irak dan seluruh pelosok
negeri, mengabarkan kepadanya segala perkembangan keadaan dengan
terperinci.”
Al Qadhi melanjutkan perkataannya, “An-Nashir mempunyai perangai yang
buruk di masyarakat, ia lebih cenderung bertindak lalim dan bengis, ia
sempat pula menyerbu dan menyerang Irak, memecah belah penduduknya, dan
merampas kerajaan mereka, seringkali melakukan perbuatan yang
kontradiktif, ia pun berpihak kepada oposisi para pendahulunya. Telah
sampai kepadaku suatu riwayat, bahwa ada seseorang yang melihat
kekhalifahan Yazid, tadinya An-Nashir minta lelaki itu untuk
menghadapnya dan dihukumnya, An-Nashir pun berkata, ‘Bagaimana
pendapatmu tentang kekhalifahan Yazid?’ ia menjawab,’Seseorang tidak
akan diasingkan olehnya jika berbuat kefasikan,’ kemudian ia berpaling
dari An-Nashir, An-Nashir pun memerintahkan agar ia dibebaskan.”
Dikatakan bahwa Ibnu Al Jauzi ditanya sementara Khalifah
mendengarkannya, “Siapakah manusia yang paling utama setelah Rasulullah
SAW?” ia menjawab, “Manusia yang paling utama setelah Rasulullah SAW
adalah barangsiapa yang menyayangi anak perempuannya.”
Syamsuddin Al Jazari menukil sebuah riwayat dan dituliskan di dalam
tarikhnya, bapaknya berkata, “Aku mendengar seorang menteri yang bernama
Ibnu Al Qami berkata, ‘Sesungguhnya air yang diminum oleh khalifah
An-Nashir didatangkan dengan binatang tunggangan dari atas Baghdad yang
berjarak tujuh farsakh, kemudian dimasak hingga tujuh kali, lalu di
simpan ke dalam suatu wadah selama seminggu, setelah itu barulah
khalifah meminumnya, ia tidak dapat meninggal hingga diminumkan obat
tidur sampai tiga kali dan hal itu membuat kemaluannya pecah, kemudian
dikeluarkan darinya batu kerikil.
Ibnu Al Atsir berkata, “An-Nashir mengalami lumpuh total selama tiga
tahun, salah satu matanya pun mengalami kebutaan, kemudian pada akhirnya
ia terkena penyakit desentri selama dua puluh hari, dan ia pun wafat.”
Pada awal tahun 585 H, Pengepungan terdahsyat dan belum pernah terjadi
sebelumnya digencarkan terhadap Akka,223 sebelumnya khalifah telah
menaklukkan Akka dan menempatkan kaum muslim di sana, lalu bangsa Eropa
menyerang kota tersebut dari darat maupun laut, dari segala penjuru
untuk mengepung Akka, Shalahuddin dengan sigap menuju Akka untuk melawan
pengepungan bangsa Eropa, tetapi mereka tidak bergeming dan pelawanan
Shalahuddin bagi mereka bukanlah suatu ancaman yang berarti. Mereka
bahkan membangun pagar dan parit di dekat barak-barak yang mereka
dirikan, banyak pasukan yang terbunuh.
Pertempuran, perlawanan, peperangan semakin berkecamuk selama lebih dari
dua puluh bulan, para musuh meminta bantuan pengiriman pasukan melalui
laut, Shalahuddin pun meminta pertolongan kepada khalifah dan kepada
selainnya, sampai-sampai ia mengutus seorang utusan untuk meminta
bantuan pasukan kepada pemimpin Maghrib Ya’qub Al Mu‘mini, namun hal
tersebut sia-sia belaka, cobaan yang terbesar bagi umat Nashrani adalah
hilangnya baitul maqdis dari mereka.
Ibnu Al Atsir berkata, “Para pastur mengenakan pakaian hitam tanda
berduka atas hilangnya Al Quds dari mereka, sang komandan pun
memerintahkan mereka melintasi lautan untuk memerangi pasukan musuh,
Nabi SAW telah menggambarkan sifat-sifat mereka, keadaan seperti ini
dilalui oleh kaum Nashrani dengan penuh kesukaran melintasi daratan
serta lautan, kalaulah bukan karena anugerah Allah mengalahkan raja
Alman, maka niscaya akan dikatakan, “Sesungguhnya Syam dan Mesir adalah
milik kaum muslimin.”
Aku katakan, “Pada waktu itu musuh berkekuatan sebanyak lebih dari 200
ribu pasukan, tetapi mereka semua mati kelaparan dan terkena wabah
penyakit, hewan tunggangan milik mereka pun mati semua, sementara bumi
yang mereka singgahi kering dan tandus.”
Dari kumpulan sajak karangan Al Fadhil yang menceritakan keadaan mereka
di Akka adalah sebagai berikut, “Air laut pasang menerpa mereka, padahal
perahu-perahu yang mereka naiki lebih banyak daripada ombak yang ada di
sana, sehingga terasa bagi kami kepahitan yang berasal dari rasa asin
yang sangat, para sahabat kami telah terpengaruh dikarenakan masa yang
panjang oleh kemampuan mereka, bukan oleh ketaatan mereka, juga
dikarenakan keadaan mereka bukan karena keberanian mereka, maka kita
katakan, ‘Ya Allah andai saja engkau hancurkan golongan ini, dan kita
sangat mengharapkan bantuan dari Amirul Mukminin sebagai jawaban,
pendeta-pendeta mereka –semoga Allah melaknat mereka semua- telah
mengharamkan atas mereka segala apa yang telah Allah SWT halalkan, juga
mengeluarkan harta-harta simpanan mereka, para pendeta pun menutup
pintu-pintu gereja untuk mereka, kemudian mereka memakai pakaian
hitam-hitam sebagai tanda belasungkawa, dan memerintahkan agar mereka
tidak mendekati kuburan, wahai umat Nabi Muhammad SAW, tentang dan
lawanlah mereka! Dan perjuangkan hak-hak atas kami! Kami bagimu adalah
ibarat simpanan, andai saja suatu kelaliman pendapat suatu pengesahan,
maka seorang pelayan akan berkata, ‘Tiada gunanya lagi air mata dan
sakit hati,’ tetapi ia selalu sabar dan mempunyai perhitungan, karena ia
yakin kemenangan akan datang, Ya rabb, aku tidak memiliki sesuatu
apapun kecuali jiwaku ini, maka hanya kepadamulah jiwaku kubaktikan,
saudaraku melakukan suatu hijrah yang kita harapkan diterima (di
sisi-Nya), dan segenap kemampuan ku kerahkan untuk menatap air muka
musuh (berhadapan dengan musuh), hanya Allah SWT yang mengatur segala
persoalan, sebelum maupun sesudahnya.”
Dari sajaknya pula, “Islam sedang diuji dengan suatu kaum yang memandang
kematian adalah pilihan terbaik, mereka rela meninggalkan keluarga demi
menaati perintah pendeta mereka, dan bersemangat memakmurkan
rumah-rumah ibadah mereka, serta mereka sangat mengharapkan gereja
Qumamah,224 sampai-sampai mereka mau ikut berperang bersama ratu mereka
dan juga bersama 500 pasukannya, padahal ratu mereka mewajibkan pajak
atas mereka, disebabkan hal itulah kaum muslim berhasil merebut beberapa
orang dari mereka ketika mereka sampai di Iskandariah, para pemimpin
agama mereka dan para pendeta dikawal oleh para pasukan bertopeng dan
berbaju besi, di antara mereka terdapat beberapa orang yang memutuskan
untuk berperang, sebaliknya paus Romawi menitahkan bahwa barangsiapa
yang tidak berangkat menuju Al Quds maka ia telah keluar dari agama
Nashrani, juga ia tidak akan dinikahkan dan diberi makan, oleh sebab itu
sebagian mereka memisahkan dari sebagian yang lain, Paus berkata, ‘Aku
telah sampai pada musim semi untuk mengusir semua yang tidak berhak
berada di Al Quds, jika dari mereka ada yang menentang, maka perangilah
ia,’ dan Paus mau menerima bagi siapa saja yang mengatakan bahwa Tuhan
mempunyai anak.”
Pada tahun 587 Hijriyyah, ancaman musuh terhadap Akka semakin gencar
bala bantuan musuh pun terus berdatangan, raja Inggris225 pun telah
sampai di Akka, sebelumnya ia melewati Qabrash Dan mengkhianati pemimpin
kota tersebut, kemudian ia menguasai penuh kota tersebut, setelah itu
ia pun beranjak ke Akka dengan disertai 25 unit pasukan, ia adalah
seorang yang penuh tipu muslihat, licik dan pemberani, sementara itu,
umat muslim semakin melemah kekuatannya, maka mereka pun semakin risau
dan gelisah, raja mengutus seorang utusan, utusan itu berkata,
‘Keluarlah dari negeri kalian semuanya! Pergilah kalian melintasi laut,
aku akan mengikuti dari belakang kalian untuk mengontrol kalian,’ tetapi
mereka tidak mematuhi perintah utusan tersebut, kemudian berangkatlah
pemimpin Akka Ibnu Al Masythub kepada raja Eropa untuk meminta
perlindungan, tetapi permintaannya ditolak, raja Eropa berkata
kepadanya, ‘Kami tidak akan menyelamatkan Akka, sampai kami membunuh
semua penduduknya,’ lalu pemimpin Akka pun kembali dengan tangan hampa,
pasukan musuh merasuk ke dalam Akka, mereka semakin dekat untuk
merampasnya, kaum muslim meminta agar Akka diselamatkan beserta 200 ribu
Dinar, juga 500 tawanan, dan bendera Shalbut, permintaan mereka pun
dikabulkan, kemudian pasukan Eropa beranjak menuju Asqalan, kejadian
tersebut berlangsung pada siang hari, sementara tanpa diduga, datanglah
Shalahuddin untuk membantu kaum muslim, Shalahuddin berangkat menuju
Asqalan dan ia berhasil membebaskannya, Shalahuddin memerintahkan untuk
menghancurkannya, juga ia memerintahkan untuk menghancurkan Ar-Ramlah
dan Ludda, sementara bangsa Eropa memerintahkan untuk membangun Yafa,
mereka meminta gencatan senjata, tetapi masih saja terjadi
pertempuran-pertempuran kecil, para musuh yang disertai raja beranjak
menuju Bait Al Maqdis, mereka berlebih-lebihan dalam membentenginya.
Pada tahun 591 Hijriyyah, terjadilah pembantaian besar-besaran di
Andalusia, peperangan ini disebut dengan perang Az-Zallaqah antara
Ya’qub dan Al Funusy yang meguasai Andalusia, Ya’kub menghadapi musuhnya
yang berkekuatan 200 ribu pasukan, sedangkan Ya’kub berkekuatan seratus
ribu prajurit perempuan upahan dan seratus ribu prajurit sukarela. Kaum
muslim mengarungi lautan untuk menuju Andalusia dan mereka meraih
kemenangan, tetapi yang tersisa hanyalah segelintir pasukan.
Abu Syamah berkata, “Jumlah yang terbunuh adalah 146.000 orang, yang
tertawan 30.000 orang, kemah yang terampas sebanyak 150.000, kuda
sebanyak 80.000 ekor, bighal sebanyak 100.000 ekor, keledai yang membawa
muatan sebanyak 400.000, tawanan dihargai sebesar satu dirham per
kepala, sedangkan kuda dihargai lima dirham per ekor, raja
membagi-bagikan ghanimah sesuai dengan syariat, maka mereka pun menjadi
kaya.”
Tahun 606 Hijriyyah adalah tahun dimana pertama kali bangsa Tatar
terdengar, mereka berasal dari pedalaman China, di balik negeri yang
bernama Turkistan, mereka menyerbu Al Khatha berkali-kali, kemudian
mereka pun semakin puat dengan kekalahan yang dialami Kharizm Syah dari
Al Khatha, pemimpin bangsa Tatar adalah Kasyalu Khan.
Di dalam kubu Tatar terdapat pemberontak yang bernama Jenghis Khan,
suatu ketika mereka berperang, dan Jenghis Khan meraih kemenangan, ia
bertindak sewenang-wenang, sombong, congkak, membantai seluruh pelosok
negeri beserta penghuninya, merampas daerah Al Khatha, Jenghis Khan
menjadikan Baliq, sebagai istananya, ia terus melakukan pemusnahan dan
pembantaian, ia membumihanguskan penduduk Turki, seberang sungai, dan
Khurasan, ia mengalahkan setiap pasukan yang menghalanginya.
Al Baghdadi sangat terperinci dalam mendeskripsikan bangsa Tatar, ia
berkata, “Kalau berbicara tentang bangsa Tatar seakan tidak ada
habisnya, pembahasan mengenainya menyita segenap perhatian, seakan-akan
kita telah melupakan sejarah selain bangsa Tatar, bangsa Tatar merupakan
bencana bagi seluruh jagad raya, bahasa bangsa ini adalah campuran
antara bahasa India dengan bahasa sekitarnya, mempunyai karakter yang
tidak terlupakan, juga mempunyai sifat lapang dada, hampir tidak
memiliki kelemahan, bermata sipit, berkulit hitam, gerakannya sangat
cepat, sedikit sekali mata-mata yang bisa mengintai pergerakan mereka,
karena orang selain kelompok mereka tidak dapat menyerupai bangsa ini,
jika mereka ingin menuju ke suatu tempat, mereka merahasiakan tujuan
tersebut, dan mereka dengan sigap beranjak kepada tujuan yang mereka
tentukan. Maka dengan begini, pergerakan mereka tidak dapat diduga,
tidak ada tempat berlari bagi sasaran yang mereka incar.
Tidak ketinggalan, wanita-wanita bangsa Tatar pun ikut berperang, mereka
membunuh wanita dan anak-anak tanpa terkecuali, terkadang mereka tidak
membunuh bagi siapa yang mempunyai keahlian dan kekuatan. Senjata yang
sering mereka pergunakan adalah panah, tetapi mereka menebas dengan
menggunakan pedang lebih banyak daripada panah, kuda-kuda mereka memakan
rumput, daun dan batang pohon, pelana yang terdapat di atas kuda mereka
pun kecil, tiada harganya, makanan mereka setiap hewan yang mereka
temui, mereka memakannya dengan membakar terlebih dahulu. Mereka
membunuh tanpa pandang bulu, tujuan mereka hanyalah membantai sebuah
golongan/umat, tiada yang selamat dari terkeman Tatar kecuali Ghaznah
(sebuah kota di barat daya Kabul) dan Ashbahan.”
Aku katakan, “Ashbahan ditaklukkan oleh Tatar pada tahun 632 H.”
Pada tahun 617 H, pecahlah perang Barallus, antara Al Kamil dan bangsa
Eropa, Allah SWT memenangkan kaum muslim, sebanyak 10.000 orang dari
bangsa Eropa terbunuh, bangsa Eropa mengalami kekalahan, mereka
berkumpul di Dumyath.
Sementara itu bangsa Tatar berhasil menaklukkan Bukhara dan Samarqand,
mereka juga menaklukkan Jihun. Ibnu Al Atsir berkata, “Jika dikatakan
bahwa alam, dari sejak pertama kali diciptakannya belum pernah mengalami
bencana hingga datanglah bangsa Tatar,” maka pernyataan ini merupakan
pernyataan yang mengandung kebenaran, karena sejarah tak pernah mencatat
bencana seperti bangsa Tatar atau yang menyerupainya sekalipun! Sebuah
bangsa yang keluar dari pedalaman China, tujuan mereka adalah Turkistan,
kemudian beranjak ke Bukhara dan Samarqand, kemudian mereka
menaklukkannya, lalu sebagian dari mereka menyeberangi lautan untuk
menuju ke Khurasan, di sana mereka mengadakan pemusnahan massal,
penghancuran, pembunuhan, sampai ke daerah Rayy dan Hamadzan, tidak
sampai di sana, mereka kemudian menuju Adzerbeijan dan sekitarnya,
mereka membumihanguskan semua daerah dalam kurun waktu kurang dari
setahun! Suatu tragedi yang belum pernah kita alami sebelumnya, mereka
kembali beranjak, kali ini menuju Darband Syarwin Lalu menaklukkan
kotanya, setelah itu mereka menyebrang menuju negeri Lan dan Likz Untuk
membunuh dan menawan, kemudian berangkat menuju ke negeri Qafjaq, mereka
membunuh siapa saja yang mereka lihat, maka yang tersisa pun melarikan
diri ke atas gunung, bangsa Tatarpun menguasai negeri yang mereka
tinggalkan, bangsa Tatar membagi barisan mereka menjadi beberapa
kelompok, berangkatlah kelompok yang lain untuk menaklukkan ke Ghaznah,
Sijistan, dan Kirman, di sana mereka melakukan hal yang sama, yaitu
membunuh dan menawan, bahkan di daerah ini mereka lebih sadis dalam
membunuh. Alexander tidak secepat bangsa Tatar dalam menguasai dunia,
dalam kurun waktu 10 tahun ia menguasai dunia tetapi ia tidak membunuh
seorangpun dalam meraih kekuasaan.
Ada riwayat yang mengatakan, “Kuda mereka tidak memakan gandum, tetapi
mereka menggali lubang dan memakan akar tanaman yang terdapat di dalam
lubang tersebut, bangsa Tatar adalah bangsa yang menyembah matahari,
tidak ada istilah haram dalam kamus mereka, mereka memakan segala jenis
hewan, mereka juga tidak mengenal pernikahan, dan mereka termasuk dari
ras Turki.
Khalifah An-Nashir mengumpulkan para pasukannya, lalu para utusan dari
segala penjuru mendatangi An-Nashir dengan segera, datanglah utusan dari
bangsa Tatar kepada An-Nashir, para pasukan mengerumuninya, sampai
utusan tersebut ketakutan, maka utusan bangsa Tatar pun kembali untuk
mengabarkan kepada pemimpinnya.
Aku berkata, “Pasukan Mesir dan Syam sangat kesulitan dalam menghadapi bangsa Eropa di Dumyath.”
Pada tahun 622 Hijriyyah, khalifah An-Nashir wafat dan digantikan oleh
anaknya Azh-Zhahir Abu Nashr Muhammad, ketika itu ia berusia lebih dari
tiga puluh tahun, kekuasaan An-Nashir berdiri berdiri selama 47 tahun.
sumber: an-nubala
0 komentar:
Show Hide CommentsPosting Komentar